Sabtu, 11 Februari 2017

Tuntutan Seorang Istri yang Pengin Bahagia Bersama Suami

Tuntutan Seorang Istri yang Pengin Bahagia Bersama Suami. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com
Di dunia ini tidak ada yang gratis. Entah keluarga apalagi suami.

Begitu pun yang dilakukan Sephia pada suaminya. Ia tidak mau suaminya santai-santai menikmati rumah warisan orang tuanya.

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya


DALAM proses talak cerai, Donwori merasa bila istrinya sungguh keterlaluan memperlakukannya. Donwori sering diusir bila melakukan kesalahan sekecil pun.

Terakhir, Donwori makin nelongso saat barang­barangnya dibuang di teras rumah karena belum membayar sewa tinggalnya.

“Tekor. Sudah ngasihkan semua gaji. Saya juga harus putar otak untuk cari uang buat bayar sewa rumah,” kata Donwori.

Sebagai suami Donwori sadar bila tanggungjawabnya adalah menghidupi istri dan anaknya.

Namun, ia merasa istrinya tak pernah melihat perjuangannya.

“Iya kalau saya mampu (beli rumah, Red). Buat hidup sehari­hari aja gaji pas­pasan. Ya kalau mau beli rumah ya pelan­pelan nabung,” kata Donwori. 

Sephia hanya beranggapan bila tugas seorang suami yang utama adalah bisa membelikan rumah.

”Iyalah. Ibu saya lho dulu waktu mau nikah sudah dibelikan rumah sama ayah saya. Saudara-saudara juga. Suami aja yang tidak bisa belikan rumah,” kata Sephia.

Berkaca dari orang tua dan saudaranya yang bisa beli rumah, Sephia pun sudah sangat ingin suaminya membelikan rumah atas namanya.

Ia ingin rumah yang dibelikan Donwori menjadi aset dia dan anak-anaknya kelak.

“Kalau bisa sih masih muda sudah bisa punya rumah dua. Bisa buka kos-kosan atau dikontrakkan. Tapi ya itu suami gak bisa belikan,” kata Sephia yang berkali-kali menyalahkan Donwori.

Menurut Sephia, sebenarnya untuk menuruti nafsunya supaya bisa beli rumah lagi, ia pernah berniat untuk bekerja.

Namun, suaminya melarang bekerja karena Sephia seringkali merasa bosan di tempat kerja barunya.

Ia juga sering dikucilkan oleh temannya karena super cerewet.

“Saya itu tidak pernah jodoh sama kerja. Sebulan resign. Sampai bosan ngelamarnya,” kata Sephia.

Meski demikian ia tak pernah berhenti untuk melamar pekerjaan supaya tujuan utamanya membeli rumah baru bisa tercapai.

“Pokoknya punya rumah lagi. Kalau suami tidak bisa membelikan ya sudah pisah saja,”
kata Sephia.

Untuk melawan sang suami di persidangan, Sephia minta bantuan seorang pengacara.

“Biar jadi gembel sekalian. Emang mudah cari istri yang sudah punya rumah warisan kayak aku,” tantangnya.

Sumber: http://www.jpnn.com/news/tuntutan-seorang-istri-yang-pengin-bahagia-bersama-suami

0 komentar:

Posting Komentar