Sabtu, 11 Februari 2017

Kisah Istri yang Memiliki Kelainan Puncak Kesenangan

Kisah Istri yang Memiliki Kelainan Puncak Kesenangan. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com
Memiliki kelainan orgasme tentu tak pernah diharap Sephia, 36.

Apalagi kelainan yang disebut gangguan sindrom gangguan genital yang menghancurkan rumah tangganya.

Perasaan bersalah bercampur aduk cinta tumplek blek saat sidang talak cerainya di Pengadilan Agama (PA) Klas 1 A Surabaya, Rabu (7/12).

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

Terbalik dengan kondisi Donwori, 40, yang ngotot menceraikan istrinya. Sephia justru menolak untuk bercerai.

Ia pun menyampaikan rasa bersalahnya karena tidak bisa berhasrat pada Donwori.

”Suami itu emang agak bodoh. Tidak mau berhubungan kan belum tentu tidak cinta. Sudah tahu aku mengalami sindrom gangguan genital, kok enggak ngerti juga sih,” kata Sephia dengan wajah ditekuk-tekuk kayak kertas lipat.

Tampil dengan mini dress bewarna abu-abu Sephia tampak anggun.

Sephia merasa kelainan itu membuat suaminya tersiksa.

”Ini tak pernah saya harapkan,” katanya.

Menurut Sephia, ia baru menyadari kelainan tersebut ketika masih kuliah.

Ia merasa ada yang aneh ketika benda bergerak, seperti mobil, eskalator, sepeda motor dan lainnya.

Awalnya, tentu ia tak langsung orgasme besar. Hanya sedikit cairan yang keluar dari alat reproduksinya.

Akan tetapi, lambat laun mulai sadar bila ada yang aneh dan gangguan dalam tubuhnya. Sephia mulai merasa gangguannya makin parah usai menikah.

Itu bermula ketika Sephia merasa tidak puas berhubungan dengan suaminya, Donwori.

Ia merasa lebih mendapatkan kenikmatan dengan barang yang ia lihat.

Karena barang bergerak yang ia lihat bisa sampai 20 kali dalam sehari, maka ia memakai popok dewasa.

Popok dewasa bisa menampung tiga kali orgasme. Sebenarnya untuk mengurangi sindrom gangguan itu ia dan suaminya sudah datang ke psikolog sampai dokter andrologi.

Ia pun diberi obat penetral orgasme dan disarankan melakukan olahraga untuk mengurangi kebiasaannya. Orgasmenya pun sempat sembuh selama dua tahun.

Sayangnya, aktivitas itu kembali berlanjut. Sephia merasa bila suaminya tak mendukung kesembuhannya karena tidak mau memberikan uang pengobatan.

”Obat itu kan mahal. Tidak dikaver lagi sama BPJS. Tahu juga lah kebutuhan rumah tangga mahal bu,” kata Sephia.

Tak hanya itu, Sephia merasa suaminya juga cuek dan membiarkan aktivitasnya konkow di Taman Bungkul sampai berorgasme.

”Kalau disalahkan saya saja ya tidak maulah. Semuanya itu pasti ada sebab dan akibatnya,” jelasnya.

Sementara itu, proses sidang tampaknya akan berlanjut masih lama.

Karena dalam sidang talak Sephia bersikukuh untuk bersatu, sementara Donwori sudah ingin segera jadi duren alias duda keren.

Sumber: http://www.jpnn.com/news/kisah-istri-yang-memiliki-kelainan-puncak-kesenangan

0 komentar:

Posting Komentar